Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Selasa, 16 Oktober 2012

Mengapa Berteriak..??



Suatu hari, sang guru bertanya kepada murid-muridnya, Mengapa ketika seseorang sedang marah, ia akan bersuara dengan suara kuat atau berteriak?”

Seorang murid, setelah berpikir cukup lama, mengangkat tangan dan menjawab, “Karena saat seperto itu ia telah kehilangan kesabaran, ia lalu berteriak”

“Tapi..” sang guru balik bertanya, “lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”
Hampir semua murid memberikan sejumlah alas an yang dikira benar, menurut pertimbangan mereka. Namun, tak satupun jawaban memuaskan.

Sang guru lalu berkata, “Keyika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya, jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi.
Sang guru masih melanjutkan, “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya berteriak, tetapi ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?” Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya.

Mereka tampak berfikir amat dalam, tetapi tak satupun berani memberikan jawaban.
“Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka ta berjarak. Akhirnya, sepatah kata pun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”.

Renungan :
Ketika sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak.
Apalagi sampai mengucapkan kata-kata yang mendatangkan jarak. Semisal kata makian, umpatan, hinaan, dan kata-kata kotor. Ketika kita kemudian sadar, sulit untuk memperbaikinya kembali. Hati sudah terlanjur sakit. Terlebih bila kita lakukan pada orang yang kita kasihi.
Mungkin di saat seperti itu. TAK mengucapkan kata-kata adalah cara yang BIJAKSANA. Karena keheningan keheningan akan membantu andab berpikir jernih.


Selasa, 09 Oktober 2012

Kecantikan

         “Dijadikanlah indah pada pandangan manusia kecantikan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik” (QS. Ali Imran,3:11) 

         Dalam kehidupan di dunia, wanita ditakdirkan oleh sang Maha Pencipta menjadi satu sosok yang indah dan dicintai. Ayat diatas menyebut wanita sebagai salah satu bentuk kesenangan hidup di dunia. Penggambaran wanita seperti itu tentu bukan berarti memposisikan wanita sebagai objek kesenangan belaka. Sebaliknya, wanita diberi kehormatan oleh Allah SWT dengan diberi potensi dan keadaan seperti itu. Bahkan, wanitapun dimuliakan oleh Allah SWT karena dijadikan nama salah satu di dalam Al-Qur’an, yakni surat An-Nisa’.
      Di dalam ayat tersebut diatas, kata-kata zayyina linnaasi (jadikan indah pada pandangan manusia) merupakan fiil majhul atau kata kerja pasif. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, hal ini mengisyaratkan bahwa susunan insting manusia memang mengandung kecenderungan tersebut. Artinya, manusia (laki-laki) diberi fitrah untuk menyukai atau mencintai wanita, sedangkan wanita diberi fitrah untuk menjadi sosok indah yang disukai dan dicintai oleh laki-laki. Mengapa wanita disukai dan dicintai oleh laki-laki? Salah satu jawaban utamanya dari pertanyaan ini adalah karena kecantikan yang dimiliki wanita. Setiap laki-laki dewasa yang sehat akalnya tentu menyukai wanita yang cantik. Kalau ada laki-laki tidak menyukai wanita, barangkali ada sesuatu gangguan kejiwaan dalam dirinya.
      Kecantikan memang bernilai “relative” seiring dengan berkembangnya industry fashion dan hiburan, umumnya kecantikan diindentikkan dengan tubuh langsing, tinggi yang ideal, kulit yang putih, wajah yang bersih, hidung mancung, bibir menarik, dan tampilan fisik yang lainnya yang indah, kurang lebih seperti tampilan wanita-wanita di berbagai cover majalah wanita atau para model iklan kecantikan atau peragawati. Bukan segalanya Setiap manusia di dunia ini tidak ada yang sama. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang pandai ada juga yang kurang pandai. Demikian juga dengan wanita, memang ada yang dianugerahi kecantikan mempesona,a da pula wanita yang dilahirkan dengan kekurangan dalam hal kecantikan. Menjadi wanita cantik memang membanggakan. Tetapi perlu diingat bahwa menjadi wanita cantik itu tidak selalu mengenakkan. Wanita cantik selalu menjadi pusat perhatian sehingga menjadikan ketidakbebasan. Cantik memang penting bagi wanita, tapi bukan segalanya. Meski kecantikan fisik tidak selalu ada mungkin kelabihannya terletak pada sikap dan perilaku. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dan perilaku member pengaruh yang sangat besar pada penampilan seseorang. Keduanya bisa menjadikan seorang wanita terlihat lebih cantik dibandingkan dengan keadaan sebenarnya. Rasa Malu Dalam ajaran islam, kecantikan pada seorang wanita memang penting, tetapi bukan yang utama.
       Dalam hal memilih jodoh, laki-laki diperintahkan untuk memasukkan kecantikan sebagai criteria. Namun, sebagaimana sabda Nabi yang terpenting adalah agamanya. Beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi-pun menegaskan bahwa penilaian Allah terhadap manusia tidak didasarkan kepada bentuk dan rupa tetapi pada apa yang ada di hati, yaitu keimanan. Keimanan yang tak sebatas di mulut dan di hati saja, namun yang melahirkan amal kebajikan dan akhlak mulia. Berkaitan dengan hal ini, kita sepatutnya merasa miris melihat berbagai acara kontes kecantikan yang akhir-akhir ini sering muncul di televisi. Di dalam kontes-kontes tersebut dipilih wanita-wanita tercantik dan terpandai. Namun, di dalamnya hanya sedikit terdapat kriteria akhlak dan agama.Kontestanpun tak sungkan mempertontonkan aurat yang kian hari kian berani dan vulgar. Kurangnya rasa malu, yang penting tujuan tercapai, yaitu menjadi yang terbaik. Beauty and the Best “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shaleha” (HR. Muslim). Hadist ini menjelaskan bahwa dunia adalah perhiasan. Manusia, gunung, sungai, danau, kendaraan, berlian, emas, mutiara dan segala yang ada di dunia adalah perhiasan. Dari segala yang ada tersebut, ternyata wanita shaleha-lah yang terbaik. Lantas, bagaimana criteria wanita shaleha? Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Umamah r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda,” Tidak ada sesuatu yang menguntungkan seorang mukmin setelah takwa kepada Allah yang lebih baik baginya daripada seorang istri yang salehah, yang apabila suami menyuruhnya ia mematuhinya, apabila suami memandangnya ia menyenangkannya, apabila suami bersumpah ia menunaikannya, dan apabila suami pergi darinya maka ia memelihara diri dan harta suaminya”. Demikian Hadist tersebut menjelaskan bahwa wanita salehah adalah sosok yang paling berharga setelah ketakwaan. Salah satu ciri wanita salehah adalah menyenangkan apabila dipandang suaminya. Barangkali inilah inti dari kecantikan dalam pandangan Islam. Begitu sederhana, namun sangat bermakna.
       Adapun tentang kecerdasan, Islam mengajarkan bahwa hal itu tidak hanya berkaitan dengan urusan duniawi tetapi justru berkaitan dengan urusan ukhrowi. Dalam sebuah Hadist yang diriwatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim disebutkan :”Manusia paling cerdas adalah yang paling banyak mengingatkan kematian serta memperbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah yang ebnar-benar cerdas, dan mereka akan pergi kea lam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akherat”.
        Begitulah urusan kecantikan dan kecerdasan berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Satu hal yang kini sepatutnya dilakukan oleh para wanita dan kita semua pada umumnya adalah bercermin. Bukan hanya bercermin secara fisik tetapi jga secara non-fisik, melihat segala yang ada pada diri kita’ tingkah laku kita, sikap dan kepribadian. Ingatlah bahwa Allah Maha Indah dan Menyukai Keindahan. Dan hayati pula do’a saat kita bercermin “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan rupaku maka baguskanlah pula kelakuanku”.

Pentingnya Pendidikan Berkarakter


Dewasa ini anak-anak muda sebagi tunas-tunas baru harapan negara yang nantinya akan menggantikan  untuk memimpin negara ini moralnya sudah sangat memprihatinkan. Bukan Cuma pada kenakalan remaja saja. Sekarang, pergaulan bebas remaja berdampak buruk bagi moral generasi sekarang. Oleh karenanya, memalui pendidikan karakter diharapkan generasi muda dapat membentengi dirinya dalam mengarungi derasnya informasi sekarang ini dengan perubahan budaya bangsa serta lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
Pendidikan yang sekarang seharusnya perlu di upgrade lagi menjadi pendidikan yang bukan saja mencerdaskan aspek kognitif belaka tetapi juga pada ramah afektif.
Setiap bangsa mempunyai karakter budaya yang tidak sama. Karakter suatu bangsa bisa mengalami perubahan bisa kearah yang lebih baik bahkan sebaliknya. Bahkan bisa hilang sama sekali. Hal ini tergantung bagaimana masyarakat tersebut melindungi atau menjaga karakter budaya yang sudah diberikan oleh nenek moyangnya.
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Sedangkan karakter yaitu watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Maka pendidikan karakter yaitu proses pewarisan budaya pada generasi muda untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
Pendidikan karakter tertuang dalam Uu No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemmapuan dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuha YME, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menajdi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan.
Dalam tujuan Pendidikan Nasional, pendidikan karakter merupakangambaran tentang kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh satuan pendidikan, serta menjadi dasar dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter lebih muda diberikan pada usia dini, hal ini akan mudah diterima dan tersimpan dalam memori anak, akan membawa pengaruh pada perkembangan watak dan pribadi anak hingga dewasa. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Kecerdasan Ganda menyebutkan bahwa kecerdasan emosional dan social dalam kehidupan dibutuhkan 80%, sedangkan kecerdasan intelektual hanya sebesar 20%. Untuk itu pendidikan karakter akan meudah diberikan melalui jalur pendidikan, salah satunya adalah pendidikan non formal. Jadi kecerdasan emosional social jauh lebih membawa dampak pada perjalanan hidup bahkan karier anak di kemudian hari.
Pendidikan karakter saat ini memang harus segera dilakukan, mengingat perkembangan masyarakat yang berjalan. Karakter budaya Indonesia yang sudah dikagumi bangsa lain jangan sampai pupus oleh gesekan mental generasi muda yang lebih menyenangi budaya asing. Namun dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia justru menjadi motivasi untuk lebih mencintai budaya bangsa sendiri. Untuk itu pendidikan karakter sudah tidak bisa ditunda.

Selasa, 02 Oktober 2012

Sekilas tentang takdir

Kita mungkin sering mendengar pertanyaan ini, “kalau dikatakan bahwa proses alam ini telah direncanakan Tuhan, bagaimana halnya dengan manusia? Apakah nasib manusia juga telah direncanakan Tuhan?”. Pertanyaan ini menyangkut masalah takdir Manusia jelas berbeda sekali dengan batu, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Manusia mempunyai apa yang dinamakan “kehendak bebas” (free will), yang tak berhubungan dengan sebab apapun. 

Manusia bebas memilih, karena manusia mempunyai kehendak pribadi. Batu, tumbuhan dan hewan tidak dapat memilih jalnnya sendiri. Katakan misalnya, kita sedang melihat buah apel di atas meja. Ada tak terhingga cara atau sikap yang dpat kita lakukan terhadap apel tersebut. Misalnya : - Melihat apel itu dengan jarak 1 meter, 3 meter, 2,90 meter, 7,07 meter dan seterusnya - Meliriknya dari kiri dengan sudut 40 derajat, dari kanan dengan sudut 30 derajat, dari atas dengan kemiringan 60 derajat, dan seterusnya - Mendekati dari arah kiri, kanan, depan, agak miring ke kiri, dan seterusnya - Meninggalkannya dengan banyak cara juga - Memutarinya dengan banyak cara juga - Dan, masih banyak lagi Semua pilihan ini kita pilh tanpa ada yang memerintah kita. 

Pertanyaannya sekarang, kapan salah satu pilihan itu dilakukan? Artinya a) dilakukan bila apa?, b) dilakukan bila apa? Demikian seterusnya. Untuk kita, manusia, pilihan a) bila apa saja, sesuai kehendak hati kita. Pilihan b) juga begitu dan seterusnya. Jadi, manusia mempunyai apa yang dinamakan “kehendak bebas” yang tidak berhubungan dengan sebab apapun. 

Manusia bebas memilih. Manusia punya kehendak pribadi. Tetapi, hal ini kemudian menimbulkan keraguan argumentatif. Sebab, ketika seseorang mengubah pilihannya-yang didasarkan atas kehendak bebas yang ada pada dirinya-maka bukankah itu berarti bahwa apa yang telah diketahui sebelumnya oleh Tuhan menjadi tidak cocok lagi dnegan kejadian yang sebenarnya. Itulah yang banyak diperdebatkan para filsuf sejak dahulu. Mereka mengatakan bahwa Tuhan adalah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang akan terjadi. Di samping itu, ilmu Tuhan Yang Maha Sempurna tidaklah mungkin mengalami peruabahan. Mustahil pula pengetahuan-Nya bertentangan dengan apa yang terjadi, sebab itu sama artinya dengan : Tuhan tidak tahu. 

Maka disimpulkanlah bahwa semua peristiwa dia ala mini harus terjadi dengan cara yang bersesuaian dengan ilmu Tuhan, secara deterministis. Artinya, bila ilmu Tuhan mengetahui bahwa si A pada 1 Januari 2012, pukul 10:24:50 akan memetik daun tertentu dari pohon tertentu yang terletak di tempat tertentu, maka mau tidak mau itulah yang akan terjadi. Pelakunya tidak mempunyai pilihan kecuali secara terpaksa melakukan perbuatan itu, pada waktu itu. Tak ada kemungkinan bagi si A untuk mengubahnya menjadi yang lain, bahkan tak ada satu pun kekuatan yang mampu mengubahnya. Sebab, bila tidak demikian, kata pengetahuan Tuhan akan beralih menjadi ketidaktahuan. 

Lagi-lagi, pikiran kita seperti ini timbulbkarena orang telah membuat suatu korelasi waktu antara alam semesta ini dengan Tuhan.(Padahal sudah terbukti bahwa Tuhan sama sekali berada di luar fenomena waktu). Bila Tuhan mengetahui pengetahuan X yang isinya: “si A pada 1 Januari 2012, pukul 10:24:50 akan memetik daun tertentu dari pohon tertentu yang terletak di suatu tempat tertentu,” maka memang itulah yang bakal terjadi. Bila si A tiba-tiba mengubahnya, misalnya, bukan pada pukul 10:24:50 ia melakukan itu, melainkan pada pukul 10:24:55, maka sebenarmya bukan pengetahuan X tadi yang ada pada Tuhan, melainkan pengetahuan Y yang berbunyi: “ si A pada 1 Januari 2012 pukul 10:24:55, akan memetik daun itu pada pohon itu, yang terletak di tempat itu”. Kenapa kita harus menarik garis waktu dari Tuhan ke alam kita? Kenapa tidak kita anggap bahwa pilihan paling akhir dari si A tadilah yang ada pada pengetahuan Tuhan? Ya, sekali lagi, hal ini disebabkan Tuhan itu nonwaktu, dan waktu adalah ciptaanNya. Mustahil makhluk ciptaan dapat mengalahkan Penciptanya. 

Sekarang bagaimana dengan ketetapan dan ketentuan Tuhan? Bila Tuhan telah menentukan sebelumnya bahwa si A pada 1 Januari 2012, pukul 10:24:50 akan memetik daun tertentu dari pohon tertentu dan tempat tertentu, maka bukanlah itu berarti bahwa, mau tidak mau, itulah yang akan terjadi? Sebab, bila ada kemungkinan bagi si A untuk mengubah ketentuan itu menjadi yang lain, bukankah itu berarti ketentuan Tuhan beralih menjadi ketidakberdayaan? Marilah pertanyaan ini kita jawab dengan pertanyaan pula, “Bagaimana bila ketentuan itu dibuat Tuhan sesudah peristiwa itu terjadi?, Jadi umpamanya, pada 2 Januari 2012?” Jawaban yang lucu memang, tetapi sungguh ia sama lucunya dengan kalimat pertama tadi, yang mengatakan bahwa Tuhan telah menentukan (yakni Tuhan telah menentukan sebelum peristiwa itu terjadi.) 

Kenapa kita lagi-lagi menyifati Tuhan dengan waktu? Apa makna “sebelum” dan :sesudah” bagi Tuhan? Mungkin akan ada orang bertanya, “Jadi, kalau kemarin saya melakukan suatu perbuatan-denga perkataan lain, perbuatan saya itu telah benar-benar menjadi kenyataan- apakah hal itu telah ditetapkan oleh Tuhan?” Jawaban bagi pertanyaan ini cukup singkat: “ saya tidak tahu! Mungkin ya mungkin tidak!” Kalaupun “Ya”, maka itu harus dipahami dari konteks “ke-nonwaktu-an” Tuhan. Kita tahu bahwa Tuhan adalah non waktu. Semua perbuatan Tuhan yang kita pahami (daerah B dari “daerah ABC”) harus kita pandang sebagai konversi lewat pemetaan dari domain nonwaktu ke domain waktu. Atau kita akan terjebak dalam kubangan waktu yang membingungkan. 

 Untuk lebih tegasnya, katakanlah, umpamanya, kemarin si A telah melakukan suatu perbuatan dosa (perbuatan dosa yang telah menjadi kenyataan). Apakah perbuatan si A itu telah ditetapkan oleh Tuhan? Jawaban dari pertanyaan ini juga berbunyi: “saya tidak tahu!” Kecuali-sekalilagi-kecuali, bila Tuhan menyatakan hal tersebut lewat wahyu-Nya. Sekiranya Tuhan menyatakan (lewat wahyuNya) bahwa” apabila perbuatan seseorang tergolong baik, maka Dialah yang menetapkannya. Dan apabila perbuatan itu tergolong perbuatan yang tidak baik, maka Dia berlepas diri dari hal itu,” maka hanya atas dasar inilah kita bias memilah secara garis besar, mana perbuatan kita yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan mana yang tidak. Lalu, dalam hubungan ini, apabila kita melakukan perbuatan yang baik, maka apakah kita pada waktu itu sedang menjadi robot yang digerakkan oleh Tuhan? Dengan perkataan lain, kita pada waktu itu menjadi tidak bebas lagi? Jawabannya: “Bisa ya, bisa tidak” Mungkin, Tuhan hanya membimbing kita, mengarahkan, membantu, memudahkan, melindungi, memfasilitasi, dsb..sehingga perbuatan baik itu sendiri harus dirumuskan oleh Tuhan lewat firman-firmanNya. 

 Maka, ada 3 kesimpulan yang dapat kita tarik, yakni : - Apabila suatu pembahasan mulai menyentuh tentang takdir, berhentilah pada titik itu (jangan diteruskan) - Kita manusia, wajib berusaha seoptimal mungki, tetapi tidak wajib berhasil - Kemana dunia ini hendak dibawa, terserah kepada penghuni bumi ini, “seakan-akan Tuhan membiarkan hal itu sepenuhnya.” Ada tak terhitung jalur budaya yang dpat dipilih oleh komunitas manusia, dan sebanyak itu pula rel kereta sejarah yang akan mereka lalui. Kata Algazal, “ Tuhan mengendalikan manusia secara terbatas, dan manusia dapat mengendalikan alam juga secara terbatas.” Namun, batas-batas itu tetap saja memberikan peluang yang begitu luas bagi manusia untuk memilih jalannya sendiri, yang tak terhitung banyaknya. 

Sumber: Shahab, Idrus. 2007. Beragama dengan Akal Jernih. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal.153-159

Jangan khawatir, kawan..!!


--Mengkhawatirkan hal-hal yang Kecil--
(Worrying About Small Things)

Semua teman-temanku yang mempunyai impian besar.
Kita tidak akan mencapai kebesaran yang kita inginkan dan cita-cita yang kita idamkan dengan menghawatirkan hal-hal(yang sebenarnya) kecil, memikirkan yang kecil-kecil, dan melakukan hal-hal yang kecil.
Pada dasarnya ukuran kita ditentukan oleh kualitas dari fokus diri kita sendiri. Kita harus menerima bahwa, yang kita pikirkan, menentukan yang akan kita lakukan, dan yang kita lakukan, menentukan yang akan kita hasilkan. Maka ukuran dan kualitas dari pikiran kita, menentukan ukuran dan kualitas hasill pekerjaan kita.
          Perhatikanlah, orang-orang yang tidak membangun ukuran dan kualitas dari yang mengisi pikirannya, akan berteman dalam pergaulan yang meributkan perkara-perkara (yang sebenarnya) kecil. Tetapi mereka takut menginginkan yang besar, memilih pekerjaan dan tanggung jawab yang kecil, menyombongkan kelebihan yang sifatnya kecil dan menjadikan dirinya hanya pantas untuk dihargai kecil pula. Maka anjuran buat kita semua, adalah agar kita memilih isi bagi pikiran kita, yang ukuran dan kualitasnya akan mengutamakan kita dalam pergaulan yang baik, dalam pekerjaan yang baik, dan dalam menghasilkan yang baik.
Kita akan berbakat untuk menjadi pribadi yang damai dan kuat, jika knda tegas menyikapi yang kecil sebagai yang kecil, dan yang besar sebagai yang besar.
Dengannya,….ukuran seseorang akan dinilai dari ukuran dari kekhawatiran-kekhawatirannya. Maka, khawatirkanlah hal-hal yang besar, yang pencapaiannya atau penyelesaiannya penting bagi kebaikan banyak orang.
Kekhawatirkan kecil tidak akan pantas menjadi pengisi kesadaran seorang yang besar, atau dia yang sedang membangun kebesaran pribadinya.
Ingatlah sebuah kata bijak, yang nmenyebutkan “Anda hanya sebesar yang Anda khawatirkan”
Mudah-mudahan kita segera menjadi lebih efektif dalam menyederhanakan pikiran dan perasaan kita, agar kita hanya mengisi pikiran dan mewarnai perasaan dengan hal-hal yang berpihak kepada kebesaran dan kejayaan kehidupan kita.
Marilah kita berfokus memikirkan, merasakan, dan melakukan yang sudah jelas-jelas harus kita lakukan untuk menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dari masalah-masalahnya. Dan tidak terpikat kepada kesibukan-kesibukan yang kesenangannya sementara dan tidak penting.
Lakukanlah yang bisa kita lakukan, Serahkan semua yang berada diluar kemampuan kita, kepada Tuhan YME. Dia adalah sebaik-baiknya wakil dan penyelesai masalah.

Inspired by : MTGW2010

Admiral Isoroku Yamamoto

:: Admiral Isoroku Yamamoto ::

Isoroku Yamamoto merupakan seorang komandan Angkatan Laut Jepang yang pemberani. Bahlan ia, terkenal sebagai seorang pakar strategi perang laut Jepang teragung. Ia termasuk diantara para pakar strategi terbaik dalam sejarah. Yamamoto lahir di Nagaoka, Niigata, Jepang pada 4 April 1884 dan meninggal di Kepluan Salomon tanggal 18 April 1943 pada usia 59 tahun.
Yamamoto dilahirkan dari seorang ayah bernama Takano Sadayoshi, seorang samurai tahap rendah di Nagaoka-Han. Nama “Isoroku” yang disematkan padanya merupakan istilah Jepang silam yang berarti “56”. Hal ini merupakan merujuk kepada usia bapaknya ketika Isoroku dilahirkan. Namun, 32 tahun kemudian, Isoroku menambahi nama akhirnya menajadi “Yamamoto”. Yamamoto merupakan nama tokoh yang dihormati dalam sejarah Jepang.
            Karier Yamamoto dimulai ketika memasuki akademi angkatan laut di Etajima, Hiroshima, pada tahun 1901, atau saat usianya 17 tahun. Ditempa selama 3 tahun, akhirnya ia tamat di tahun 1904. Sejarah peperangan pertamanya terjadi setahun setelah ia tamat dari akademi AL, yakni saat perang Rusia-Jepang di tahun 1905.
Saat usianya 29 tahun, Yamamaoto diikutkan dalam Universitas Staf Angkatan Laut di Tsukiji, sebuah universitas yang melahirkan banyak pemimpin. Setelah tamat ditahun 1916, ia dilantik sebagai tangan kanan skuadron tempur kedua dan diambil sebagai anggota keluarga Yamamoto. Tiga tahun berikutnya, sampai dua tahun ebrikutnya, ia mengenyam pendidikan di Harvard University di Inggris.
            Yamamoto memiliki kisah permusuhan dengan Amerika Serikat ketika ia menentang pembuatan kapal tempur baru dan menentang penjajahan Manchuria serta keinginan militer untuk bersepakat dengan Jerman. Sikapnya tersebut dibuktikan dengan tindakan penyerangan pesawat terbang Jepang kepada kapal bersenjata AS, Panay di sunagi Yangtze pada Desember 1937.
            Permusuhan dengan AS mengalami puncaknya setelah terjadi penjajahan Indochina dan pembekuan aset Jepang oleh Amerika pada Juli 1941. Yamamoto memusatkan serangannya ke pangkalan Angkatan Bersenjata Perang Amerika di Pearl Harbour. Akhirnya, peperangan pun terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. (Edwin P. Hoyet, Yamamoto: The Man Who Planned Pearl Harbour, McGraw-Hill,1990)
            Yamamoto mengirimkan sekitar 350 kapal terbang yang diluncurkan dari enam kapal induk. Hasil nya, delapan belas kapal perang AS ditenggelamkan, serangan ini juga menghancurkan banyak peralatan perang AS.Ini kemenangan Jepang atas AS di Pearl Harbour. Setelah itu Yamamoto merencanakan penyerangan terhadap Angkatan Perang AS pada pertempuran Pulau Midway. Namun sayang, rencana tersebut telah diendus pihak AS melalui komunikasi yang dipintas dan ditranskripsikan. Oleh karenanya kali ini Jepang kehilangan empat kapal induk dan 3.500 orang prajuritnya. Setelah kemenangan itu, AS menempatkan pengintai di pulau-pulau kecil di samudera Pasifik, untuk memonitor pergerakan Armada Kekaisaran Jepang dan angkatan udaranya.
            Pada 14 April 1943, pengintai AS berhasil menyadap laporan menganai rencana lawatan Yamamoto ke sejumlah wilayah di sepanjang Pasifik Selatan menggunakan kata sandi “magic” dimana disitu menyebutkan secara pasti mengenai tempat serta waktu tolak dan tibanya Yamamoto, termasuk jumlah dan jenis pesawat yang akan membawanya. Yamamoo akan terbang ke Bougainville di Kepulauan Salomon, di pesisir New Guinea, dengan menggunakan Mitsububishi G4M “Betty” yang merupakan pesawat pengebom bermesin kembar.
            Pasukan AS yang terdiri satu skuadron (14 pesawat Lockheed P 38 Lighting) menyerang sekumpulan pesawat yang membawa Yamamoto beserta 10 pesawat Zero Jepang, setelah terjadi kejar-kejaran selama beberapa menit, akhirnya pesawat AS mampu menghempaskan beberapa peawat ‘Betty”. Tidak diketahui secara pasti Yamamoto berada dalam pesawat yang mana, namun diketahui bahwa ia tewas di salah satu pesawat yang jatuh.