Selasa, 09 Oktober 2012

Kecantikan

         “Dijadikanlah indah pada pandangan manusia kecantikan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik” (QS. Ali Imran,3:11) 

         Dalam kehidupan di dunia, wanita ditakdirkan oleh sang Maha Pencipta menjadi satu sosok yang indah dan dicintai. Ayat diatas menyebut wanita sebagai salah satu bentuk kesenangan hidup di dunia. Penggambaran wanita seperti itu tentu bukan berarti memposisikan wanita sebagai objek kesenangan belaka. Sebaliknya, wanita diberi kehormatan oleh Allah SWT dengan diberi potensi dan keadaan seperti itu. Bahkan, wanitapun dimuliakan oleh Allah SWT karena dijadikan nama salah satu di dalam Al-Qur’an, yakni surat An-Nisa’.
      Di dalam ayat tersebut diatas, kata-kata zayyina linnaasi (jadikan indah pada pandangan manusia) merupakan fiil majhul atau kata kerja pasif. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, hal ini mengisyaratkan bahwa susunan insting manusia memang mengandung kecenderungan tersebut. Artinya, manusia (laki-laki) diberi fitrah untuk menyukai atau mencintai wanita, sedangkan wanita diberi fitrah untuk menjadi sosok indah yang disukai dan dicintai oleh laki-laki. Mengapa wanita disukai dan dicintai oleh laki-laki? Salah satu jawaban utamanya dari pertanyaan ini adalah karena kecantikan yang dimiliki wanita. Setiap laki-laki dewasa yang sehat akalnya tentu menyukai wanita yang cantik. Kalau ada laki-laki tidak menyukai wanita, barangkali ada sesuatu gangguan kejiwaan dalam dirinya.
      Kecantikan memang bernilai “relative” seiring dengan berkembangnya industry fashion dan hiburan, umumnya kecantikan diindentikkan dengan tubuh langsing, tinggi yang ideal, kulit yang putih, wajah yang bersih, hidung mancung, bibir menarik, dan tampilan fisik yang lainnya yang indah, kurang lebih seperti tampilan wanita-wanita di berbagai cover majalah wanita atau para model iklan kecantikan atau peragawati. Bukan segalanya Setiap manusia di dunia ini tidak ada yang sama. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang pandai ada juga yang kurang pandai. Demikian juga dengan wanita, memang ada yang dianugerahi kecantikan mempesona,a da pula wanita yang dilahirkan dengan kekurangan dalam hal kecantikan. Menjadi wanita cantik memang membanggakan. Tetapi perlu diingat bahwa menjadi wanita cantik itu tidak selalu mengenakkan. Wanita cantik selalu menjadi pusat perhatian sehingga menjadikan ketidakbebasan. Cantik memang penting bagi wanita, tapi bukan segalanya. Meski kecantikan fisik tidak selalu ada mungkin kelabihannya terletak pada sikap dan perilaku. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dan perilaku member pengaruh yang sangat besar pada penampilan seseorang. Keduanya bisa menjadikan seorang wanita terlihat lebih cantik dibandingkan dengan keadaan sebenarnya. Rasa Malu Dalam ajaran islam, kecantikan pada seorang wanita memang penting, tetapi bukan yang utama.
       Dalam hal memilih jodoh, laki-laki diperintahkan untuk memasukkan kecantikan sebagai criteria. Namun, sebagaimana sabda Nabi yang terpenting adalah agamanya. Beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi-pun menegaskan bahwa penilaian Allah terhadap manusia tidak didasarkan kepada bentuk dan rupa tetapi pada apa yang ada di hati, yaitu keimanan. Keimanan yang tak sebatas di mulut dan di hati saja, namun yang melahirkan amal kebajikan dan akhlak mulia. Berkaitan dengan hal ini, kita sepatutnya merasa miris melihat berbagai acara kontes kecantikan yang akhir-akhir ini sering muncul di televisi. Di dalam kontes-kontes tersebut dipilih wanita-wanita tercantik dan terpandai. Namun, di dalamnya hanya sedikit terdapat kriteria akhlak dan agama.Kontestanpun tak sungkan mempertontonkan aurat yang kian hari kian berani dan vulgar. Kurangnya rasa malu, yang penting tujuan tercapai, yaitu menjadi yang terbaik. Beauty and the Best “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shaleha” (HR. Muslim). Hadist ini menjelaskan bahwa dunia adalah perhiasan. Manusia, gunung, sungai, danau, kendaraan, berlian, emas, mutiara dan segala yang ada di dunia adalah perhiasan. Dari segala yang ada tersebut, ternyata wanita shaleha-lah yang terbaik. Lantas, bagaimana criteria wanita shaleha? Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Umamah r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda,” Tidak ada sesuatu yang menguntungkan seorang mukmin setelah takwa kepada Allah yang lebih baik baginya daripada seorang istri yang salehah, yang apabila suami menyuruhnya ia mematuhinya, apabila suami memandangnya ia menyenangkannya, apabila suami bersumpah ia menunaikannya, dan apabila suami pergi darinya maka ia memelihara diri dan harta suaminya”. Demikian Hadist tersebut menjelaskan bahwa wanita salehah adalah sosok yang paling berharga setelah ketakwaan. Salah satu ciri wanita salehah adalah menyenangkan apabila dipandang suaminya. Barangkali inilah inti dari kecantikan dalam pandangan Islam. Begitu sederhana, namun sangat bermakna.
       Adapun tentang kecerdasan, Islam mengajarkan bahwa hal itu tidak hanya berkaitan dengan urusan duniawi tetapi justru berkaitan dengan urusan ukhrowi. Dalam sebuah Hadist yang diriwatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim disebutkan :”Manusia paling cerdas adalah yang paling banyak mengingatkan kematian serta memperbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah yang ebnar-benar cerdas, dan mereka akan pergi kea lam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akherat”.
        Begitulah urusan kecantikan dan kecerdasan berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Satu hal yang kini sepatutnya dilakukan oleh para wanita dan kita semua pada umumnya adalah bercermin. Bukan hanya bercermin secara fisik tetapi jga secara non-fisik, melihat segala yang ada pada diri kita’ tingkah laku kita, sikap dan kepribadian. Ingatlah bahwa Allah Maha Indah dan Menyukai Keindahan. Dan hayati pula do’a saat kita bercermin “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan rupaku maka baguskanlah pula kelakuanku”.

0 komentar:

Posting Komentar