Belajar yang menyenangkan..!!
Gaya
mengajar yang tudak monoton, tanpa tekanan dan sesuai dengan gaya belajar siswa
memang sesuatu yang paling ditunggu-tunggu. Kalau dulu kita mengenal CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif), tetapi kenyataannya, siswa hanya duduk diam mendengarkan
dan mencatat. Jika siswa terdengar mengobrol, maka aka nada kapur yang melayang
atau buku yang dilempar kan oleh sang guru. Dengan suasana seperti itu,
siapapun tidak akan merasa semangat untuk belajar. Kalaupun ada, mungkin karena
terpaksa.
Beberapa
tahun kemudian, mulai banyak system baru yang bermunculan. Banyak
sekolah-sekolah yang menawarkan system Active Learning dalam proses
pembelajaran. Siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan, tapi juga diajak untuk
terjun langsung ke lapangan. Jika ingin belajar tentang tumbuhan, siswa
langsung diajak ke halaman sekolahnya yang penuh dengan tumbuhan. Intinya siswa
diajak aktif dalam mempelajari sesuatu, aktif bertanya dan juga aktif
mengamati.
Keberhasilan
proses pembelajaran di kelas tergantung pada beberapa hal, antara lain, cara
mengajar guru, materi yang diajarkan, dan juga siswa (ingat teori komunikasi).
Jika keempat factor sudah terjalin secara maksimal, maka hasilnya pun akan
maksimal. Tidak hanya rasa puas dan senang yang dirasakan oleh guru, bahwa
materi ajarnya dapat diterima oleh siswa. Tapi juga, siswa akan merasa senang
karena bisa menerima suatu materi baru dengan hati senang.
Sebagai
contoh, siswa TK mungkin sudah bosan dengan permainan atau menyanyi-menyanyi
lagi jika setiap hari mereka sudah melakukan itu. Ketika akan mengajarkan apa
yang cocok untuk siswa TK. Jika mengetahui bahwa sisiwa TK itu berpikir secara konkret dan senang bermain peran, maka
ajaklah mereka ke dalam sesuatu yang baru hingga merekapun dapat merasakan hal
itu. Akhirnya sang guru mengajak siswa untuk berperan sebagai air, bagaimana
rasanya menjadi air di sunagi yang tenang, sambil disertai dengan gerakan tubuh
dan mimic wajah. Setelah itu air harus mengahdapi kenyataan bahwa ia diambil
oleh seseorang yang menggunakan ember. Proses perpindahan dari rata tenang ke byur
ketika masuk ke dalam ember atau ketika dituangkan kembali ke dalam bak,
ternyata membuat siswa TK senang. Mereka seru memeragakannya, seolah-olah
mereka memang air.
Bagi
siswa SD mungkin ceritanya akan lain lagi, belajar tenang air tidak akan seru
jika hanya berpura-pura sebagai air. Siswa mulai tertarik lebih jauh tentang
air, tentang perubahan warna pada air, apa yang menyebabkan itu bisa terjadi,
dan sebagainya. Bagi siswa SMP dan SMA, materi tentang air tentu saja sudah
sangat berbeda.
Banyak
sebenarnya hal yang dapat guru lakukan agar siswa dapat menerima materi dengan
senang hati.
Bagi
siswa SMA yang mungkin hidupnya sudah penuh masalah, maslaah dengan orang tua,
tentang proses mancari jati diri, tentang mencari tambatan hati atau tentang
rencana ke depan, sedikit banyak tentu akan berpengaruh terhadap kefokusan
dirinya ketika menerima pelajaran di sekolah. Jika pelajaran di sekolah membuat
mereka tambah pusing, penat, dan kesal, sisiwa SMA akan dengan santainya
berkata “Masa bodo ah, dirumaha udah pusing, tambah beginian lagi..” tentus aja
guru sebagai pihak yang lebih dewasa tidak bisa menyalahkan siswa atas
pikirannya itu. Apa yang bisa guru lakukan?
Memberikan
materi dengan cara yanga menyenangkan!
Hal
ini sangat mungkin bisa mengubah minat siswa. Guru tidak perlu memikirkan,a pa materi yang akan
diterima siswa,apa siswa akan paham dengana pa yang akan diajarkan. Yang
dipikirkan adalah bagaimana caranya agar proses belajar dapat membuat hati
meraka senang? Karena hati yang senang merupakan salah satu indicator paling
kuat yang dapat membuat materi menjadi gampang dicerna.
Mengajak
siswa keluar kelas, menikmati angin yang bertiup, atau merasakan bau tanah
sehabis hujan, keluar kelas, lalu di bawah pohon atau tempat sejuk lainnya. Dan
mulailah memberikan sebuah materi atau tugasnya.
Contohnya,
guru memberikan materi narasi. Siswa diminta untuk melanjutkan cerita dari
paragraph yang sudah diberikan. Tanpa tekanan dan tanpa aturan. Kelanjutan dari
paragraph diserahkan sepenuhnya kepada kreatifitas masing-masing. Hasilnya?
Insya Allah semua mau mengerjakan tugas, kelanjutan ceritanya juga pasti tidka
ada yang sama dan materi ajar tersampaikan. Semua senang, tidak ada yang
mengantuk, atau bĂȘte karena cara guru yang tidka membosankan. Guru juga tidak
terus menerus menegur siswa yang mengobrol, yang sebenarnya dilakukan untuk
mengusir rasa kantuk.
Cara
mengajar seperti diatas merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
guru. Sangat perlu diyakini bahwa kelas bukanlah ruang kotak yang bisa
membatasi gerak siswa dan guru. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja. Jika
materi ajar sudah disampaikan serta kepuasan siswa dan guru sudah didapat,
jangan segan-segan untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri dan siswa. Standing
Applause merupakan salah satunya.
Sumber
: Irmayanti & Gita Lovusa. 2010. La Tahzan for Teacher, Jungkir balik guru
menghadapi beragam karakter murid. Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa, hal. 190-193.