Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Selasa, 12 Februari 2013

Belajar dari kesalahan


Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan mencoba lagi melakukan dalam cara yang berbeda”
--Dale Carnegie--

Seorang pemuda ingin sekali menjadi penulis best seller. Dia bercita-cita kelak menjadi seorang penulis hebat yang terkenal dan buku-bukunya laris manis di pasaran. Dia sangat terinspirasi oleh seorang penulis idolanya yang bias hidup mapan hanya dengan menikmati royalty dari bukunya yang sudah puluhan kali cetak ulang.

Sang pemuda itupun mulai memilih tema buku yang bakal ditulisnya. Ia susun kerangka, dafta isi, kenudian ia lanjutkan menulis kalimat demi kalimat, baba demi bab. Siang malam ia bekerja keras menyusun dengan usaha terbaik yang bias ia lakukan. Ia kerahkan waktunya untuk membaca referensi yang menjadikan tulisannya berbobot. Saat suntuk, ia beristirahat sejenak. Saat suntuk hilang, ia segera kembali menuju kamar untuk melanjutkan naskahnya.

Setiap hari seperti itu. Hingga dua bulan kemudian, satu naskah buku setebal 200-an halaman telah selesai, kemudian ia kirimkan ke sebuah penerbit. Penerbit member konfirmasi naskahnya akan dipelajari terlebih dahulu, maksimal dua bulan akan diberi kabar.

Dua bulan kemudian, ia mendapat paketan dari penerbit. Ia buka dengan perasaan harap-harap cemas. Setelah paket dibuka, ternyata itu adalah naskahnya yang disertai dengan surat, “ Maaf, kami tidak bias menerbitkan naskah Anda” Demikian juga ketika ia mengirim ke lima penerbit lain, ia juga menerima jawaban yang selaras, yakni penolakan.

Ia sempat kecewa. Ia merasa bahwa naskah buku yang ditulisnya tidak kalah dengan naskah penulis lainnya. Tetapi penerbit tak member kesempatan untuk terbit sekalipun. Ia kecewa, berbulan-bulan ia menunggu ternyata jawaban tak sesuai dengan harapan.
Ia sempat putus harapan. Namun seorang kawan karibnya datang tepat di saat ia hendak memutuskan untuk menghentikan usahanya. Kawan itu menyarankan untuk menemui penulis idolanya untuk belajar langsung bagaimana menulis yang bisa diterima oleh penerbit.
Pemuda ini pun memutuskan untuk dating menemui penulis idolanya dan belajar disana. Setibanya di rumah penulis idolanya itu, ia melihat sebuah lemari yang berisi 99 judul buku yang ditlis oleh penulis idolanya. Semua itu adalah karya yang ditulis bertahun-tahun pertama kariernya sebagai penulis.

Pemuda itu pn membaca satu per satu, ia kagum bukan main. Hampir semua buku itu luar biasa bagus. Pemuda itu mengungkapkan kekagumannya kepada penulis idolanya itu. “Seperti yang saya duga, Anda memang penuls hebat dengan puluha karya sehebat ini. Buku Anda ini bagus-bagus sekali. Tetapi kenapa saya tidak menjumpainya di toko buku?”
Sang penulis idoalnya itu pun tersenyum bijak, “ Lemari itu berisi koleksi buku-buku saya yang ditolak oleh penerbit lebih dari sepuluh kali setiap judulnya saat awal karer saya sebagai penulis’.

Cerita diatas paling tidak memberikan gambaran kepada kita, bahwa kegagalan merupakan alur hidup yang sangat layak dipersepsikan sebagai tangga untuk mencapai keberhasilan. Banyak dari kita stress, sedih, frustasi dan akhirnya terbentur dinding bernama kegagalan. Keyakinan kita goyah dan akhirnya menyerah, padahal kita baru dua atau tiga kali mengalami kegagalan.
Hampir  semua kita pasti mengenal Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Srikat. Perjuangannya untuk menjadi presiden AS tidaklah semulus yang kita bayangkan. Sebelum terpilih menjadi presiden, rentetan kegagalan telah dilaluinya.
-          1831        : Mengalami kebangkrutan dalam usahanya
-          1832       : Menderita kekalahan dalam pemilihan tingkat lokal
-          1833       : Kembali menderita kebangkrutan
-          1835       : Istrinya meninggal dunia
-          1837       : Menderi akekalahan dalam suatu kontes pidato
-          1840      : Gagal dalam pemilihan senat Amerika Serikat
-          1842       : Gagal dalam pemilihan kongres AmerikaSerikat
-          1848      : Ia aklah lagi di kongres Amerika Serikat
-          1855       : Ia gagal lagi di senat Amerika Serikat
-          1856       : Ia kalah dalam pemilihan wakil presiden
-          1858       : Ia kalah lagi dalam senat Amerika Serikat
-          1860      : Baru akhirnya menjadi presiden Amerika Serikat

Apa yang akan terjadi andai pada kegagalan kesepuluh atau ke sebelas Lincoln putus asa dan memutskan berhenti memperjuangkan hidupnya? Tentu kita tidak akan mengenalnya sebagai salah satu pemimpi besar di Amerika Serikat. Tetapi, Lincoln maju terus, kata putus asa sama sekali tidak ada di otaknya. Hasilnya, ia pun mencapai  suatu sukses yang luar biasa.
Kita harus menyadari bahwa kegagalan bukanlah akhr dari segalanya. Kegagalan justru menjadi tanjakan yang sangat berharga untuk melesat menuju gerbang kesuksesan. Petuah klasik menasihatkan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Jangan terlalu fokus menghitung berapa kali kita gagal, tapi hitunglah seberapa kuat kita untuk bangkit lagi setalah kita terjatuh.

Jika kita sudah berusaha semampu kita, bekerja keras dan berdoa sepenuh hati, gagal bukanlah sebuah kesalahan. Itulah sebabnya Tuhan tidak pernah mengahramkan manusia untk gagal. Yang dilarang oleh Tuhan adalah berputus asa dari rahmat-Nya.

Joseph Sugarman pernah menasihatkan” Jika Anda mau menerima kegagalan dan bejar darinya,serta menganggap kegagalan sebagai sebuah karunia yang tersembunyi, dan anda bangkit kembali, Anda memiliki potensi menggunakan salah satu sumber kekuatan paling hebat untuk meraih kesuksesan”.

Jangankan kita, manusia-manusia pilihan Tuhan pun kerap mengalami kegagalan dalam perjalanan hidup mereka. Rasululloh SAW 13 tahun berdakwa di Mekkah, mayoritas dakwahnya mengalami kegagalan, berupa penolakan dan permusuhan dari orang yang didakwainya. Nabi diusir oleh kaumnya, dilempari batu oleh penduduk  Thaif, diludahi setiap hari, diasingkan, dipukul gerahamnya hingga retak, bahkan difitnah sebagai tukang sihir. 

Namun semua itu tak sedikitpun penyurutkan langkah beliau untuk berdakwah tetap berjuang merai h suksesnya mendakwahkan kalimat tauhid.Jika Rosululloh saja yang merupakan manusia terpilih pernah mengalami kegagalan, apalagi kita yang keponakan Rosul juga bukan.
Ujain kepahitan dan kegagalan bisa jadi mendekatkan diri kepada allah SWT, bila dihadapi dengan tawakkal, berdoa, dan mengikhlaskan diri disertai keyakinan bahwa Allah Maha Tahu yang terbaik bagi dirinya. Sebaliknya, ujian kelapangan malah bisa jadi menjauhkan diri pada Allah, bila disertai lupa diri dan malas beribadah.

Kamis, 31 Januari 2013

Nasehat Yahya bin Muaz



-- 3 Petuah Yahya Bin Muaz --

Suatu hari, Yahya Bin Muaz mengatakan tiga  petuah atau nasehat yang layak dijadikan sikap oleh seorang muslim yaitu :
1.      Jika tak bisa memberi manfaat, jangan membahayakan
Rosululloh SAW menyebutkan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang kadar manfaatnya tinggi terhadap sesame. Sebgaimana kita tahu bahwa tujuan diciptakan manusia ke muka bumi ini adalah sebagai khalifah/pemimpin. Khalifah identik dengan peran manusia sebagai wakil Tuhan untuk memakmurkan bumi. Sehingga tugas kekhalifahan menurut manusia untuk selalu berada di barisan paling depan dalam penanganan problematika sosial lingkungannya. Mandat kekhalifahan mengharuskan manusia berani mengambil peran sentral dalam menyelesaikan permasalahn kemanusiaan. Jika sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama, sungguh seburuk-buruk manusia adalah manusia yang paling membahayakan sesama. Tepatlah jika Yahya Bin Muadz memberi nasehat ini. Jika belum bisa menguntungkan orang lain, minimal jangan merugikan.

2.      Jika tak bisa membahagiakan, maka jangan membuat sedih
Sedikit mirip dengan yang pertama, perbedaannya hanya pada masalah yang ditimbulkannnya. Jika yang pertama cenderung membawa masalah secara fisik, yang kedua ini lebih menekankan pada masalah psikis atau emosional.

3.      Jika tidak bisa memuji, maka jangan mencaci
Sedikit penghargaan dan sepatah pujian sering kali punya efek besar terhadap perkembangan potensi seseorang.

Tips Khusyuk dalam Sholat



:: TIPS KHUSYUK DALAM SHOLAT ::

Yang pertama kali akan hilang dalam agamamu adalah khusuk, sedangkan yang paling akhir akan hilang dalam agamamu adalah sholat. Banyak sekali orang yang sholat, tetapi tidak mendapatkan kebaikan padanya

Sholat merupakan satu praktik keagamaan yang sangat penting, sementara khusyuk merupakan satu anjuran syariah. Di sisi lain, Iblis berjanji akan akan berusaha untuk menyesatkan  bani Adam dengan segala cara untuk menggodanya. Iblis akan berusaha menggoda kekhusyukan dalam sholatnya. Khusyuk adalah masalah yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Tidak akan dapat melakukannya kecuali orang yang mendapat taufik dari Allah. Kehilangan khusyuk adalah musibah dan bencana yang besar, oleh karenanya Nabi dalam doanya berkata, “Yaa Allah! Aku berlidung dari hati yang tidak khusuk” (HR. Tarmidzi)

Allah SWT berfirman, Berbahagialah orang yang beriman, yaitu orang yang khusuk dalam sholatnya (QS Al-Mukminun,1-2). Khusuk berarti tenang, tuma’nina, tidak tergesa-gesa, dan tawadu karena merasa takut keada Allah dan merasa senantiasa dilihat olehNya. Pengertian lain khusuk yaitu hadirnya hati dihadapan Allah sengan penuh ketundukan dan kerendahan diri. Khusuk bersemayam di dalam hati, dan “buahnya” bisa dilihat melaui gerakan anggota badan. Anggota badan senantiasa mengikuti hati. Hati bagaikan panglima, dan anggota badan adalah pasukannya.
Khusyuk dalam sholat bisa terjadi bagi orang yang hatinya terpusat pada sholat dan tidak sibuk dengan urusan yang lain. Pada saat itu, ia akan merasakan kenikmatan dan ketentraman, sebagaimana Nabi pernah berkata, “…ketentraman jiwaku ada dalam sholat.” Allah Swt menyebutkan kekhusukan baik yang dilakukan lakli-laki maupun perempuan termasuk salah satu hambaNya yang pilihan. Dia telah menyiapkan bagi meeka ampunan dan pahala yang sangat besar.

Cara mendapatkan kekhusyukan dalam sholat :
1.      Kuat keinginan
Yaitu keseriusan seseorang untuk memahami apa yang ia ucapkan dan lakukan. Ia mengambil pelajaran dari setiap bacaan, dzikir, dan do’a-do’a sholat. Dia merasakan sedang berada di hadapan Allah, seolah-olah ia melihatnya. Ketika seseorang telah merasakan kenikmatan sholat, ia akan semakin serius dalam menjalankan sholatnya.
2.      Sedikit gangguan
Yatu bekerja keras melawan semua yang mengganggu konsentrasi hati seperti memikirkan yang tidak bermanfaat atau berpikir tentang hal-hal yang dapat memalingkan hati dari tujuan sholat.

Tips menjaga dan menguatkan datangnya kekhusyukan
1.      Mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat
Diantaranya dapat dilaksanakan dengan cara menjawab anggilan adzan, kemudian membaca do’a :
Ya allah yang memiliki panggilan yang sempurna ini da yang memiliki sholat yang akan didirikan. Berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah(tempat yang tinggi di surga), dan keutamaannya. Dan bangkitkanlah ia sehingga menempati kedudukan yang mulia yang Engkau janjikan.”
Bisa juga dengan menyempurnakan wudhu, membaca dzikir dan do’a setelah wudhu. Lalu memakai pakaian yang bersih dan bagus, Allah berfirman,”Hai anak Adam, pakaialah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, (QS. Al-A’raf,31)
Persiapan sholat dilakukan juga dengan menutup aurat, membersihkan tempat, menyegerakan berangkat ke masjid dengan tenang, menanti sholat, meluruskan shof serta merapatkannya karena setan akan mengisi celah-celah yang kosong di antara shof.
2.      Melaksanakan sholat dengan keadaan tuma’nina
Yakni melaksanakan sholat dengan setiap gerakan sampai semua persendian sudah kembali pada posisinya. Nabi SAW pernah bersabda,”Sholat seseorang tidak akan sempurna sebelum melakukan hal itu (tuma’nina),” (HR. Abu Dawud)
3.      Mengingat kematian dalam sholat
Nabi Saw pernah bersabda, “Ingatlah mati dalam sholatmu, karena apabila seseorang ingat mati pasti ia akan memperbagus sholatnya, dan sholatlah seperti seseorang yang tidak yakin bahwa dirinya bisa sholat yang lainnya.”
Sholatlah seperti sholat yang beranggapan bahwa dirnya tidak akan dapat sholat lagi. Apabila orang yang beranggapan bahwa dirinya akan mati dan itu berarti sholat yang sedang ia lakukan adalah sholat yang terakhir, maka ia akan melaksanakannya dengan khusyuk, karena ia tidak tahu barangkali itulah akhir dari kehidupannya.
4.      Menadaburi ayat-ayat Al-Qur’an, dzikir dan do’a sholat yang sedang dibaca
Allah menurunkan Al-Qur’an dengan tujuan agar manusia bisa bertafakur dan bertadabur darinya, sebagaimana terdapat dalam firmannya, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran,” (QS. Shad, 29)
5.      Berhenti pada setiap ayat yang dibaca
Berhenti pada setiap ayat akan membantu memahami dan menadaburi setiap ayat yang dibaca. Inilah sunah nabi, sebagaimana dijelaskan Ummu Salamah r.a, “Bahwasanya Rosululloh membaca ‘bismillahirrahmaanirrahim,’ kemudian ia berhenti. Lalu membaca ‘alhamdulillahi rabbil aalamin,’ kemudian berhenti. Lalu mebaca ‘arrahmaanirrahim,’ kemudian berhenti. Lalu membaca ,’maalikiyaumiddiin,’ kemudian ia berhenti pada setiap ayat.” (HR. Abu Dawud)
6.      Men-tartil-kan bacaan dan memperbagus suara
Dasarnya adalah firman Allah,”Dan bacalah Al-Qir’an dengan tartil (tertib),” (QS. Al Muzzammil,4). Dengan bacaan tartil dan tenang memungkinkan seseorang bertafakkur dan khusyuk.
7.      Meyakini bahwa Allah berinteraksi dengan orang yang melaksanakan sholat
Kalaulah setiap orang yang melaksanakan sholat merasakan kehadiran allah, amka pasti ia akan merasakan kekhusyukan, dan mendapatkan pengaruh yang besar dari bacaan yang ia baca. Bagaimana tidak. Ia merasakan bahwa Tuhannya sedang berdialog dengan dirinya, kemudian Dia akan memperkenankan permohonannya.
8.      Mendirikan sholat di hadapan sutrah
Sutrah adalah sesuatu yang dijadikan batas depan tempat kita sholat. Bila kita sholat dengan sutrah, ada manfaat yang besar yang bisa kita dapat. Rosululloh bersabda:” Apabila salah seorang diantara kalian sholat, maka sholatlah menghadap sutrah dan dekatlah dengan sutrah,” (HR. Abu Dawud)
Hikmah sutrah adalah membatasi pandangan pada apa-apa yang terdapat dalam sutrah, menajga orang yang lewat di dekatnya, dan menjaga dari gangguan setan yang akan merusak sholatnya.
9.      Menyimpan tangan kiri di atas dada, dan menyimpan tagan kanan di atas tangan kiri
Keadaan Nabi apabila sholat, ia meletakkan tangan kannanya diatas tangan kiri dan meletakkan tangan kiri di atas dada. Rosululloh bersabda: “Kami para nabi diperintahkan untuk menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dalam sholat.”
Ketika Imam Ahmad ditanya tentang maksud dari menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri ketika berdiri, dia menjawab, “ Agar merasa rendah diri dihadapan yang Maha Gagah.” Sejalan dengan ini Ibnu Hajar berkata, “Para ulama menjelaskan hikmah dari sikap tersebut(menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri) menggambarkan sikap seorang peminta yang sngat hina. Hal itu akan mencegah dari sikap main-main dan lebih mendekatkan pada kekhusyukan.
10. Melihat ke tempat sujud
Berdasarkan riwayat dari Siti Aisyah bahwasanya apabila Rosululloh sholat, ia menundukkan kepalanya dan menjatuhkan pandangannya kea rah bumi.  Ketika masuk Ka’bah, maka pandangannya tidak melebihi tempat sujudnya, sampai ia keluar dari dalam Ka’bah.
11. Menggerak-gerakkan telunjuk ketika duduk tasyahud
Cara yang dicontohkan nabi dalam berisyarat dengan telunjuk adalah: telunjuk tetap terangkat, digerak-gerakkan sambil berisyarat kearah kiblat sepanjang tasyahud.
12. Memvariasikan bacaan surat, ayat, dzikir, dan do’a dalam sholat
Variasi dalam membaca surat, ayat, dzikir dan do’a dalam sholat dapat member kesan pada orang yang sedang sholat adanya makna baru dan mmeberi aneka ragam kandungan ayat dan dzikir-dzikir itu.  Hal ini dapat menambah kekhusyukan dan merupakan sunnah Nabi.
13. Melakukan sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah
Salah satu adab membaca Al-Qur’an adalah melakukan sujud tilawah apabila melewati ayat sajadah. Kedudukan sujud tilawah yang dilakukan dalam sholat sangat agung. Ia juga dapat menambah kekhusyukan. Dalam satu riwayat Abi melakukan sujud  tilawah dalam sholatnya ketika beliau membaca surat An-Najm.
14. Berlindung kepada Allah dari godaan setan
Setiap kali seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka setan dating membisikkan urusan-urusan keduniaan lainnya. Setan itu bagaikan perampok, setiap ada hamba yang akan berjalan menuju Allah maka ia akan mencegatnya dan merampoknya. Ketika sholat mewujudkan permusuhannya dengan bisikan yang menyebabkan munculnya kebingungan atau kebimbangan diri ketika sholat.
Rosululloh mmeberi kita kiat-kiat untuk mengahdapi tipu daya dan bisikan setan. Dari Abi Al Ash r.a, dia berkata: “ Ya Rosululloh, sesungguhnya setan telah mengganggu sholatku sehingga aku kelirudalam bacaan! Maka Rosululloh menjawab:”itu (pekerjaan) setan yang bernama Khinzib, apabila kau merasakan adanya godaan itu maka berlindunglah kepada Allah, lalu meludahlah kekiri tiga kali.” Lalu aku melakukannya maka Allah swt menghilangkan godaan-godaan itu dariku” (HR. Muslim)  
15. Memperhatikan keadaan sholat para salafussaleh
Imam Mujahid berkata: “Apabila seorang salafussaleh berdiri sholat, ia sangat takut kepada Allah yang Maha Rahman untuk mengarahkan padangannya pada sesuatu, menoleh, mengusap pasir, melakukan hal yang sia-sia atau terbersit dalam dirinya masalah-masalah keduniaan selama ia dalam sholatnya.”
16. Mengetahui keutamaan sholat yang khusuk
-         Pahala sholat tergantung kekhusyukannya
-         Besarnya pahala sholat tergantung kepada keterkaitan hatinya kepada sholat
-         Kesalahan dan dosa akan dihapus oleh Allah
-         Orang yang khusyuk akan merasakan ketenangan
17. Berdo’a diwaktu-wakt tertentu, terutama diwaktu sujud, dengan sungguh-sungguh
Diriwayatkan dalam hadist-hadist sahih bahwasanya Rosululloh saw berdo’a dalam beberapa tempat tertentu dalam sholatnya, yaitu ketika sujud, duduk diantara dua sujud, dan setelah membaca tasyahud. Tempat yang paling tepat adalah ketika dalam sujud, sebagaimana sabda Rosululloh :”Jarak yang paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika sedang sujud, maka perbanyaklah kalian berdo’a ketika sujud itu.” (HR. Muslim)
18. Berdzikir setelah melaksanakan sholat
Berdzikir setelah sholat termasuk yang dapat menguatkan khusyuk dalam hati, juga dapat menguatkan berkah dan manfaat sholat. Tak diragukan lagi bahwa siapa yang berpegang pada satu ketaatan, maka ketaatan berikutnya akan mengikuti. Begitualh orang yang yang memperhatikan dzikir-dzikir setelah selesai sholat, dia akan menemukan dzikir itu dimulai dengan membaca istighfar, maka seolah –olah ia memohon ampun kepada Tuhan karena kekurangan yang ia lakukan dan ketidak khusyukannya dalam sholat.

Minggu, 20 Januari 2013

Belajar yang menyenangkan



Belajar yang menyenangkan..!!

            Gaya mengajar yang tudak monoton, tanpa tekanan dan sesuai dengan gaya belajar siswa memang sesuatu yang paling ditunggu-tunggu. Kalau dulu kita mengenal CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), tetapi kenyataannya, siswa hanya duduk diam mendengarkan dan mencatat. Jika siswa terdengar mengobrol, maka aka nada kapur yang melayang atau buku yang dilempar kan oleh sang guru. Dengan suasana seperti itu, siapapun tidak akan merasa semangat untuk belajar. Kalaupun ada, mungkin karena terpaksa.
            Beberapa tahun kemudian, mulai banyak system baru yang bermunculan. Banyak sekolah-sekolah yang menawarkan system Active Learning dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan, tapi juga diajak untuk terjun langsung ke lapangan. Jika ingin belajar tentang tumbuhan, siswa langsung diajak ke halaman sekolahnya yang penuh dengan tumbuhan. Intinya siswa diajak aktif dalam mempelajari sesuatu, aktif bertanya dan juga aktif mengamati.
            Keberhasilan proses pembelajaran di kelas tergantung pada beberapa hal, antara lain, cara mengajar guru, materi yang diajarkan, dan juga siswa (ingat teori komunikasi). Jika keempat factor sudah terjalin secara maksimal, maka hasilnya pun akan maksimal. Tidak hanya rasa puas dan senang yang dirasakan oleh guru, bahwa materi ajarnya dapat diterima oleh siswa. Tapi juga, siswa akan merasa senang karena bisa menerima suatu materi baru dengan hati senang.
            Sebagai contoh, siswa TK mungkin sudah bosan dengan permainan atau menyanyi-menyanyi lagi jika setiap hari mereka sudah melakukan itu. Ketika akan mengajarkan apa yang cocok untuk siswa TK. Jika mengetahui bahwa sisiwa TK itu berpikir  secara konkret dan senang bermain peran, maka ajaklah mereka ke dalam sesuatu yang baru hingga merekapun dapat merasakan hal itu. Akhirnya sang guru mengajak siswa untuk berperan sebagai air, bagaimana rasanya menjadi air di sunagi yang tenang, sambil disertai dengan gerakan tubuh dan mimic wajah. Setelah itu air harus mengahdapi kenyataan bahwa ia diambil oleh seseorang yang menggunakan ember. Proses perpindahan dari rata tenang ke byur ketika masuk ke dalam ember atau ketika dituangkan kembali ke dalam bak, ternyata membuat siswa TK senang. Mereka seru memeragakannya, seolah-olah mereka memang air.
            Bagi siswa SD mungkin ceritanya akan lain lagi, belajar tenang air tidak akan seru jika hanya berpura-pura sebagai air. Siswa mulai tertarik lebih jauh tentang air, tentang perubahan warna pada air, apa yang menyebabkan itu bisa terjadi, dan sebagainya. Bagi siswa SMP dan SMA, materi tentang air tentu saja sudah sangat berbeda.
            Banyak sebenarnya hal yang dapat guru lakukan agar siswa dapat menerima materi dengan senang hati.
            Bagi siswa SMA yang mungkin hidupnya sudah penuh masalah, maslaah dengan orang tua, tentang proses mancari jati diri, tentang mencari tambatan hati atau tentang rencana ke depan, sedikit banyak tentu akan berpengaruh terhadap kefokusan dirinya ketika menerima pelajaran di sekolah. Jika pelajaran di sekolah membuat mereka tambah pusing, penat, dan kesal, sisiwa SMA akan dengan santainya berkata “Masa bodo ah, dirumaha udah pusing, tambah beginian lagi..” tentus aja guru sebagai pihak yang lebih dewasa tidak bisa menyalahkan siswa atas pikirannya itu. Apa yang bisa guru lakukan?
            Memberikan materi dengan cara yanga menyenangkan!
            Hal ini sangat mungkin bisa mengubah minat siswa. Guru tidak  perlu memikirkan,a pa materi yang akan diterima siswa,apa siswa akan paham dengana pa yang akan diajarkan. Yang dipikirkan adalah bagaimana caranya agar proses belajar dapat membuat hati meraka senang? Karena hati yang senang merupakan salah satu indicator paling kuat yang dapat membuat materi menjadi gampang dicerna.
            Mengajak siswa keluar kelas, menikmati angin yang bertiup, atau merasakan bau tanah sehabis hujan, keluar kelas, lalu di bawah pohon atau tempat sejuk lainnya. Dan mulailah memberikan sebuah materi atau tugasnya.
            Contohnya, guru memberikan materi narasi. Siswa diminta untuk melanjutkan cerita dari paragraph yang sudah diberikan. Tanpa tekanan dan tanpa aturan. Kelanjutan dari paragraph diserahkan sepenuhnya kepada kreatifitas masing-masing. Hasilnya? Insya Allah semua mau mengerjakan tugas, kelanjutan ceritanya juga pasti tidka ada yang sama dan materi ajar tersampaikan. Semua senang, tidak ada yang mengantuk, atau bĂȘte karena cara guru yang tidka membosankan. Guru juga tidak terus menerus menegur siswa yang mengobrol, yang sebenarnya dilakukan untuk mengusir  rasa kantuk.
            Cara mengajar seperti diatas merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru. Sangat perlu diyakini bahwa kelas bukanlah ruang kotak yang bisa membatasi gerak siswa dan guru. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja. Jika materi ajar sudah disampaikan serta kepuasan siswa dan guru sudah didapat, jangan segan-segan untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri dan siswa. Standing Applause merupakan salah satunya.

Sumber : Irmayanti & Gita Lovusa. 2010. La Tahzan for Teacher, Jungkir balik guru menghadapi beragam karakter murid. Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa, hal. 190-193.