Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Selasa, 02 Oktober 2012

Sekilas tentang takdir

Kita mungkin sering mendengar pertanyaan ini, “kalau dikatakan bahwa proses alam ini telah direncanakan Tuhan, bagaimana halnya dengan manusia? Apakah nasib manusia juga telah direncanakan Tuhan?”. Pertanyaan ini menyangkut masalah takdir Manusia jelas berbeda sekali dengan batu, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Manusia mempunyai apa yang dinamakan “kehendak bebas” (free will), yang tak berhubungan dengan sebab apapun. 

Manusia bebas memilih, karena manusia mempunyai kehendak pribadi. Batu, tumbuhan dan hewan tidak dapat memilih jalnnya sendiri. Katakan misalnya, kita sedang melihat buah apel di atas meja. Ada tak terhingga cara atau sikap yang dpat kita lakukan terhadap apel tersebut. Misalnya : - Melihat apel itu dengan jarak 1 meter, 3 meter, 2,90 meter, 7,07 meter dan seterusnya - Meliriknya dari kiri dengan sudut 40 derajat, dari kanan dengan sudut 30 derajat, dari atas dengan kemiringan 60 derajat, dan seterusnya - Mendekati dari arah kiri, kanan, depan, agak miring ke kiri, dan seterusnya - Meninggalkannya dengan banyak cara juga - Memutarinya dengan banyak cara juga - Dan, masih banyak lagi Semua pilihan ini kita pilh tanpa ada yang memerintah kita. 

Pertanyaannya sekarang, kapan salah satu pilihan itu dilakukan? Artinya a) dilakukan bila apa?, b) dilakukan bila apa? Demikian seterusnya. Untuk kita, manusia, pilihan a) bila apa saja, sesuai kehendak hati kita. Pilihan b) juga begitu dan seterusnya. Jadi, manusia mempunyai apa yang dinamakan “kehendak bebas” yang tidak berhubungan dengan sebab apapun. 

Manusia bebas memilih. Manusia punya kehendak pribadi. Tetapi, hal ini kemudian menimbulkan keraguan argumentatif. Sebab, ketika seseorang mengubah pilihannya-yang didasarkan atas kehendak bebas yang ada pada dirinya-maka bukankah itu berarti bahwa apa yang telah diketahui sebelumnya oleh Tuhan menjadi tidak cocok lagi dnegan kejadian yang sebenarnya. Itulah yang banyak diperdebatkan para filsuf sejak dahulu. Mereka mengatakan bahwa Tuhan adalah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang akan terjadi. Di samping itu, ilmu Tuhan Yang Maha Sempurna tidaklah mungkin mengalami peruabahan. Mustahil pula pengetahuan-Nya bertentangan dengan apa yang terjadi, sebab itu sama artinya dengan : Tuhan tidak tahu. 

Maka disimpulkanlah bahwa semua peristiwa dia ala mini harus terjadi dengan cara yang bersesuaian dengan ilmu Tuhan, secara deterministis. Artinya, bila ilmu Tuhan mengetahui bahwa si A pada 1 Januari 2012, pukul 10:24:50 akan memetik daun tertentu dari pohon tertentu yang terletak di tempat tertentu, maka mau tidak mau itulah yang akan terjadi. Pelakunya tidak mempunyai pilihan kecuali secara terpaksa melakukan perbuatan itu, pada waktu itu. Tak ada kemungkinan bagi si A untuk mengubahnya menjadi yang lain, bahkan tak ada satu pun kekuatan yang mampu mengubahnya. Sebab, bila tidak demikian, kata pengetahuan Tuhan akan beralih menjadi ketidaktahuan. 

Lagi-lagi, pikiran kita seperti ini timbulbkarena orang telah membuat suatu korelasi waktu antara alam semesta ini dengan Tuhan.(Padahal sudah terbukti bahwa Tuhan sama sekali berada di luar fenomena waktu). Bila Tuhan mengetahui pengetahuan X yang isinya: “si A pada 1 Januari 2012, pukul 10:24:50 akan memetik daun tertentu dari pohon tertentu yang terletak di suatu tempat tertentu,” maka memang itulah yang bakal terjadi. Bila si A tiba-tiba mengubahnya, misalnya, bukan pada pukul 10:24:50 ia melakukan itu, melainkan pada pukul 10:24:55, maka sebenarmya bukan pengetahuan X tadi yang ada pada Tuhan, melainkan pengetahuan Y yang berbunyi: “ si A pada 1 Januari 2012 pukul 10:24:55, akan memetik daun itu pada pohon itu, yang terletak di tempat itu”. Kenapa kita harus menarik garis waktu dari Tuhan ke alam kita? Kenapa tidak kita anggap bahwa pilihan paling akhir dari si A tadilah yang ada pada pengetahuan Tuhan? Ya, sekali lagi, hal ini disebabkan Tuhan itu nonwaktu, dan waktu adalah ciptaanNya. Mustahil makhluk ciptaan dapat mengalahkan Penciptanya. 

Sekarang bagaimana dengan ketetapan dan ketentuan Tuhan? Bila Tuhan telah menentukan sebelumnya bahwa si A pada 1 Januari 2012, pukul 10:24:50 akan memetik daun tertentu dari pohon tertentu dan tempat tertentu, maka bukanlah itu berarti bahwa, mau tidak mau, itulah yang akan terjadi? Sebab, bila ada kemungkinan bagi si A untuk mengubah ketentuan itu menjadi yang lain, bukankah itu berarti ketentuan Tuhan beralih menjadi ketidakberdayaan? Marilah pertanyaan ini kita jawab dengan pertanyaan pula, “Bagaimana bila ketentuan itu dibuat Tuhan sesudah peristiwa itu terjadi?, Jadi umpamanya, pada 2 Januari 2012?” Jawaban yang lucu memang, tetapi sungguh ia sama lucunya dengan kalimat pertama tadi, yang mengatakan bahwa Tuhan telah menentukan (yakni Tuhan telah menentukan sebelum peristiwa itu terjadi.) 

Kenapa kita lagi-lagi menyifati Tuhan dengan waktu? Apa makna “sebelum” dan :sesudah” bagi Tuhan? Mungkin akan ada orang bertanya, “Jadi, kalau kemarin saya melakukan suatu perbuatan-denga perkataan lain, perbuatan saya itu telah benar-benar menjadi kenyataan- apakah hal itu telah ditetapkan oleh Tuhan?” Jawaban bagi pertanyaan ini cukup singkat: “ saya tidak tahu! Mungkin ya mungkin tidak!” Kalaupun “Ya”, maka itu harus dipahami dari konteks “ke-nonwaktu-an” Tuhan. Kita tahu bahwa Tuhan adalah non waktu. Semua perbuatan Tuhan yang kita pahami (daerah B dari “daerah ABC”) harus kita pandang sebagai konversi lewat pemetaan dari domain nonwaktu ke domain waktu. Atau kita akan terjebak dalam kubangan waktu yang membingungkan. 

 Untuk lebih tegasnya, katakanlah, umpamanya, kemarin si A telah melakukan suatu perbuatan dosa (perbuatan dosa yang telah menjadi kenyataan). Apakah perbuatan si A itu telah ditetapkan oleh Tuhan? Jawaban dari pertanyaan ini juga berbunyi: “saya tidak tahu!” Kecuali-sekalilagi-kecuali, bila Tuhan menyatakan hal tersebut lewat wahyu-Nya. Sekiranya Tuhan menyatakan (lewat wahyuNya) bahwa” apabila perbuatan seseorang tergolong baik, maka Dialah yang menetapkannya. Dan apabila perbuatan itu tergolong perbuatan yang tidak baik, maka Dia berlepas diri dari hal itu,” maka hanya atas dasar inilah kita bias memilah secara garis besar, mana perbuatan kita yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan mana yang tidak. Lalu, dalam hubungan ini, apabila kita melakukan perbuatan yang baik, maka apakah kita pada waktu itu sedang menjadi robot yang digerakkan oleh Tuhan? Dengan perkataan lain, kita pada waktu itu menjadi tidak bebas lagi? Jawabannya: “Bisa ya, bisa tidak” Mungkin, Tuhan hanya membimbing kita, mengarahkan, membantu, memudahkan, melindungi, memfasilitasi, dsb..sehingga perbuatan baik itu sendiri harus dirumuskan oleh Tuhan lewat firman-firmanNya. 

 Maka, ada 3 kesimpulan yang dapat kita tarik, yakni : - Apabila suatu pembahasan mulai menyentuh tentang takdir, berhentilah pada titik itu (jangan diteruskan) - Kita manusia, wajib berusaha seoptimal mungki, tetapi tidak wajib berhasil - Kemana dunia ini hendak dibawa, terserah kepada penghuni bumi ini, “seakan-akan Tuhan membiarkan hal itu sepenuhnya.” Ada tak terhitung jalur budaya yang dpat dipilih oleh komunitas manusia, dan sebanyak itu pula rel kereta sejarah yang akan mereka lalui. Kata Algazal, “ Tuhan mengendalikan manusia secara terbatas, dan manusia dapat mengendalikan alam juga secara terbatas.” Namun, batas-batas itu tetap saja memberikan peluang yang begitu luas bagi manusia untuk memilih jalannya sendiri, yang tak terhitung banyaknya. 

Sumber: Shahab, Idrus. 2007. Beragama dengan Akal Jernih. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal.153-159

Jangan khawatir, kawan..!!


--Mengkhawatirkan hal-hal yang Kecil--
(Worrying About Small Things)

Semua teman-temanku yang mempunyai impian besar.
Kita tidak akan mencapai kebesaran yang kita inginkan dan cita-cita yang kita idamkan dengan menghawatirkan hal-hal(yang sebenarnya) kecil, memikirkan yang kecil-kecil, dan melakukan hal-hal yang kecil.
Pada dasarnya ukuran kita ditentukan oleh kualitas dari fokus diri kita sendiri. Kita harus menerima bahwa, yang kita pikirkan, menentukan yang akan kita lakukan, dan yang kita lakukan, menentukan yang akan kita hasilkan. Maka ukuran dan kualitas dari pikiran kita, menentukan ukuran dan kualitas hasill pekerjaan kita.
          Perhatikanlah, orang-orang yang tidak membangun ukuran dan kualitas dari yang mengisi pikirannya, akan berteman dalam pergaulan yang meributkan perkara-perkara (yang sebenarnya) kecil. Tetapi mereka takut menginginkan yang besar, memilih pekerjaan dan tanggung jawab yang kecil, menyombongkan kelebihan yang sifatnya kecil dan menjadikan dirinya hanya pantas untuk dihargai kecil pula. Maka anjuran buat kita semua, adalah agar kita memilih isi bagi pikiran kita, yang ukuran dan kualitasnya akan mengutamakan kita dalam pergaulan yang baik, dalam pekerjaan yang baik, dan dalam menghasilkan yang baik.
Kita akan berbakat untuk menjadi pribadi yang damai dan kuat, jika knda tegas menyikapi yang kecil sebagai yang kecil, dan yang besar sebagai yang besar.
Dengannya,….ukuran seseorang akan dinilai dari ukuran dari kekhawatiran-kekhawatirannya. Maka, khawatirkanlah hal-hal yang besar, yang pencapaiannya atau penyelesaiannya penting bagi kebaikan banyak orang.
Kekhawatirkan kecil tidak akan pantas menjadi pengisi kesadaran seorang yang besar, atau dia yang sedang membangun kebesaran pribadinya.
Ingatlah sebuah kata bijak, yang nmenyebutkan “Anda hanya sebesar yang Anda khawatirkan”
Mudah-mudahan kita segera menjadi lebih efektif dalam menyederhanakan pikiran dan perasaan kita, agar kita hanya mengisi pikiran dan mewarnai perasaan dengan hal-hal yang berpihak kepada kebesaran dan kejayaan kehidupan kita.
Marilah kita berfokus memikirkan, merasakan, dan melakukan yang sudah jelas-jelas harus kita lakukan untuk menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dari masalah-masalahnya. Dan tidak terpikat kepada kesibukan-kesibukan yang kesenangannya sementara dan tidak penting.
Lakukanlah yang bisa kita lakukan, Serahkan semua yang berada diluar kemampuan kita, kepada Tuhan YME. Dia adalah sebaik-baiknya wakil dan penyelesai masalah.

Inspired by : MTGW2010

Admiral Isoroku Yamamoto

:: Admiral Isoroku Yamamoto ::

Isoroku Yamamoto merupakan seorang komandan Angkatan Laut Jepang yang pemberani. Bahlan ia, terkenal sebagai seorang pakar strategi perang laut Jepang teragung. Ia termasuk diantara para pakar strategi terbaik dalam sejarah. Yamamoto lahir di Nagaoka, Niigata, Jepang pada 4 April 1884 dan meninggal di Kepluan Salomon tanggal 18 April 1943 pada usia 59 tahun.
Yamamoto dilahirkan dari seorang ayah bernama Takano Sadayoshi, seorang samurai tahap rendah di Nagaoka-Han. Nama “Isoroku” yang disematkan padanya merupakan istilah Jepang silam yang berarti “56”. Hal ini merupakan merujuk kepada usia bapaknya ketika Isoroku dilahirkan. Namun, 32 tahun kemudian, Isoroku menambahi nama akhirnya menajadi “Yamamoto”. Yamamoto merupakan nama tokoh yang dihormati dalam sejarah Jepang.
            Karier Yamamoto dimulai ketika memasuki akademi angkatan laut di Etajima, Hiroshima, pada tahun 1901, atau saat usianya 17 tahun. Ditempa selama 3 tahun, akhirnya ia tamat di tahun 1904. Sejarah peperangan pertamanya terjadi setahun setelah ia tamat dari akademi AL, yakni saat perang Rusia-Jepang di tahun 1905.
Saat usianya 29 tahun, Yamamaoto diikutkan dalam Universitas Staf Angkatan Laut di Tsukiji, sebuah universitas yang melahirkan banyak pemimpin. Setelah tamat ditahun 1916, ia dilantik sebagai tangan kanan skuadron tempur kedua dan diambil sebagai anggota keluarga Yamamoto. Tiga tahun berikutnya, sampai dua tahun ebrikutnya, ia mengenyam pendidikan di Harvard University di Inggris.
            Yamamoto memiliki kisah permusuhan dengan Amerika Serikat ketika ia menentang pembuatan kapal tempur baru dan menentang penjajahan Manchuria serta keinginan militer untuk bersepakat dengan Jerman. Sikapnya tersebut dibuktikan dengan tindakan penyerangan pesawat terbang Jepang kepada kapal bersenjata AS, Panay di sunagi Yangtze pada Desember 1937.
            Permusuhan dengan AS mengalami puncaknya setelah terjadi penjajahan Indochina dan pembekuan aset Jepang oleh Amerika pada Juli 1941. Yamamoto memusatkan serangannya ke pangkalan Angkatan Bersenjata Perang Amerika di Pearl Harbour. Akhirnya, peperangan pun terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. (Edwin P. Hoyet, Yamamoto: The Man Who Planned Pearl Harbour, McGraw-Hill,1990)
            Yamamoto mengirimkan sekitar 350 kapal terbang yang diluncurkan dari enam kapal induk. Hasil nya, delapan belas kapal perang AS ditenggelamkan, serangan ini juga menghancurkan banyak peralatan perang AS.Ini kemenangan Jepang atas AS di Pearl Harbour. Setelah itu Yamamoto merencanakan penyerangan terhadap Angkatan Perang AS pada pertempuran Pulau Midway. Namun sayang, rencana tersebut telah diendus pihak AS melalui komunikasi yang dipintas dan ditranskripsikan. Oleh karenanya kali ini Jepang kehilangan empat kapal induk dan 3.500 orang prajuritnya. Setelah kemenangan itu, AS menempatkan pengintai di pulau-pulau kecil di samudera Pasifik, untuk memonitor pergerakan Armada Kekaisaran Jepang dan angkatan udaranya.
            Pada 14 April 1943, pengintai AS berhasil menyadap laporan menganai rencana lawatan Yamamoto ke sejumlah wilayah di sepanjang Pasifik Selatan menggunakan kata sandi “magic” dimana disitu menyebutkan secara pasti mengenai tempat serta waktu tolak dan tibanya Yamamoto, termasuk jumlah dan jenis pesawat yang akan membawanya. Yamamoo akan terbang ke Bougainville di Kepulauan Salomon, di pesisir New Guinea, dengan menggunakan Mitsububishi G4M “Betty” yang merupakan pesawat pengebom bermesin kembar.
            Pasukan AS yang terdiri satu skuadron (14 pesawat Lockheed P 38 Lighting) menyerang sekumpulan pesawat yang membawa Yamamoto beserta 10 pesawat Zero Jepang, setelah terjadi kejar-kejaran selama beberapa menit, akhirnya pesawat AS mampu menghempaskan beberapa peawat ‘Betty”. Tidak diketahui secara pasti Yamamoto berada dalam pesawat yang mana, namun diketahui bahwa ia tewas di salah satu pesawat yang jatuh.

Senin, 01 Oktober 2012

Belajar dari Kesalahan


Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah kita alami. Baik itu menyenangkan atau malah yang menyakitkan. Kita mendengar orang mengatakan bahwa dapat belajar dari sebuah pengalaman, semua itu benar!.. belajar itu tidak dari pengalaman baik saja, bahkan guru terbaik kita adalah pengalaman kita yang terburuk. Karena dari pengalaman yang terburuk kita belajar banyak hal, baik itu arti hidup, bagaimana melanjutkannya dan apa langkah yang bisa dilakukan untuk antisipasi hal – hal yang kita khawatirkan. Belajar tentang pengalaman diri sendiri dan orang lain merupakan hal yang penting yang dapat kita petik buah-buah pengalaman tersebut sebagai pembelajaran atau pegangan hidup kita.
Setiap manusia memiliki tingkat kesadaran diri yang berbeda-beda, termasuk saya sendiri. Kesadaran untuk menjadi baik maupun kesadaran menjadi lebih buruk. Segala pengalaman membangunkan kesadaran seseorang dan tidak semua orang bisa sadar dari pengalaman yang di alaminya. Tentu saja jika suatu saat kelak ia akan mendapat pengalaman yang bisa menyadarkannya. Biasanya kesadaran akan lebih terasa untuk pengalaman yang buruk. Sayangnya terkadang hal ini meninggalkan penyesalan saja. Tapi apakah kita yang mau belajar dari pengalaman hanya akan menerima penyesalan saja. Mari bangkit tidak hanya sadar untuk memperbaiki diri tapi juga mengambil langkah “GET UP then MOVE ON
Jalani hidup, menuju yang labih baik. Menjalani berbagai macam pengalaman. Memandang ke depan untuk tetap berdiri di atas bumi. Walau apapun yang kita hadapi, jangan menyerah…. walau masih saja gagal, jangan putus asa…kembangkan pola pikir, dan ambil sebuah langkah untuk mencapai langkah-langkah selanjutnya. Sabar akan semua pengalaman yang kurang menyenangkan. Jalan tidak akan pernah tertutup. Semua hal yang ada pada kita di uji. Ujian akan sangat berat ketika kita tidak mencapainya dengan hasil yang memuaskan. Tapi tentu saja selalu ada kesempatan, baik itu kesempatan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Baik itu kesempatan untuk mencoba lagi, merubah lagi, memperbaiki lagi, sabar lagi, mengulang lagi hingga kita akan benar-benar bisa asalkan kita tidak berhenti.

No body’s perfect. Kita semua sudah sejak lama memahami kalimat itu. Tak ada seorang pun yang sempurna. Makanya, setiap orang boleh melakukan kesalahan. Namun. Kenyataannya kita tidak selalu dapat menerima kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Makanya, ketika orang lain melakukan kesalahan; kita dengan mudahnya memberikan penilaian buruk kepada mereka. Padahal, jika kita melakukan kesalahan; bukankah kita menginginkan kesempatan kedua? Setiap orang pernah melakukan kesalahan, namun hendaknya kita mampu memperbaiki kesalahan itu dan berusaha untuk tidak mengulanginya.  Jadikan itu sebagai pengalaman yang berharga karena pengalaman adalah guru yang terbaik.  Makna dari  "pengalaman adalah guru terbaik"  adalah adanya suatu kejadian atau peristiwa yang menimpa hidup kita di masa lalu, baik menyenangkan atau pun tidak menyenangkan, kemudian kita menjadikannya sebagai suatu pelajaran, peringatan dan motivasi yang berharga dalam menyikapi dan menentukan langkah perjalanan hidup kita selanjutnya.

Tanpa dinyana, seseorang yang dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah salah kemudian diketahui melakukan kesalahan sama seperti ketika beliau mengkritik sebelumnya. Jika dulu beliau yang menghujat orang lain karena kesalahan yang mereka lakukan. Sekarang, giliran beliau mendapatkan hujatan dari orang lain. Apakah ini karma? Bukan. Ini adalah isyarat bahwa siapapun bisa saja tergelincir untuk melakukan suatu kesalahan. Makanya, ketika melihat orang lain melakukan kesalahan. Tidak sepatutnya kita merasa seolah-olah diri kita serba bersih. Bahkan, ternyata dalam batas-batas tertentu, justru kesalahan itu sangat penting bagi kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengambil pelajaran dari kesalahan yang pernah kita buat, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip berikut ini :
1.      Memahami orang lain. Orang-orang yang merasa tidak pernah melakukan kesalahan tidak dapat memahami, kenapa orang lain melakukan kesalahan itu. Tidak jarang juga atasan yang ‘merasa dirinya sempurna’ tidak bisa menerima ketika anak buahnya melakukan kesalahan. Padahal, melakukan kesalahan merupakan suatu hal yang wajar. Dan, sudah menjadi tanggungjawab atasan untuk membantu mereka melakukan perbaikan. Atasan yang tidak pernah melakukan kesalahan tidak mudah memahami kenapa anak buahnya sampai melakukan kesalahan. So, jika Anda pernah melakukan kesalahan dimasa lalu, tidak perlu disesali. Karena hal itu bisa membantu meningkatkan kemampuan Anda untuk memahami orang lain.

2.      Menghindari penghakiman. Mudah sekali bagi kita yang tidak pernah melakukan kesalahan untuk menghakimi orang lain. Coba perhatikan kalimat ini; “Waktu saya masih di posisi kamu dulu, saya tidak pernah melakukan kesalahan seperti itu.” Sounds familiar? Memang baik jika kita tidak pernah melakukan kesalahan. Tetapi, apakah iya benar demikian? Kalau pun benar demikian, bukanlah berarti kita berhak untuk menghakimi. Apalagi jika kesalahan yang orang lain lakukan itu tidak ada sangkut pautnya dengan diri kita.

3.      Bijak dalam menegakkan aturan. Tentu setiap peraturan dibuat untuk dipatuhi dan ditegakkan. Namun, hal itu tidak berarti semua dilaksanakan secara hitam putih. Bahkan seorang hakim pun tidak sembarangan menjatuhkan hukuman. Termasuk aturan perusahaan. Ketika melihat seseorang melakukan kesalahan, misalnya; kita tidak langsung serta merta menjatuhkan sanksi terberat. Hal ini tidak mudah untuk dipahami oleh pemimpin yang belum pernah melakukan kesalahan. Padahal, selalu ada kesempatan kedua untuk memperbaiki keadaan.  Jika Anda pernah melakukan kesalahan dimasa lalu, tenang saja. Karena masih ada kesempatan untuk tetap menjadi pemimpin yang handal dimasa depan.

4.      Sadar jika kita ini juga sama tidak sempurnanya. Salah satu tipe orang yang membuat kita tidak nyaman saat berhubungan adalah orang-orang yang merasa dirinya sendiri sempurna. Jika kita tidak pernah melakukan kesalahan, kita sering menuntut orang lain untuk melakukan segala sesuatunya secara sempurna. Orang lain menyebut kita sebagai Mr. atau Mrs. Perfectionist. Padahal, kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna. Untuk menjadi pemimpin yang handal, kita tidak harus menjadi serba sempurna kok. Jadi, tidak perlu menutupi kesalahan yang pernah kita lakukan dimasa lalu. Akui saja, sambil terus berkomitmen untuk memperbaikinya. 

5.      Kesempurnaan bukan milik manusia. Yang bisa kita dapatkan itu adalah tingkatan ‘near perfection’. Nyaris sempurna. Bukan ‘sempurna’nya. Karena kesempurnaan bukanlah milik manusia. Setiap kesalahan yang pernah kita lakukan dimasa lalu adalah bukti bahwa kita ini manusia. Yang penting adalah, kita menyadarinya dengan sepenuh hati. Lalu, melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya kita lakukan agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di masa-masa mendatang. Dengan demikian, kita menjadikan setiap kesalahan sebagai poin pembelajaran. Sambil pada saat yang sama mengakui, bahwa memang hanya Tuhan yang memiliki kesempurnaan itu.

 Tidak ada orang yang suka berbuat kesalahan. Namun jika anda ingin melewati hidup dengan baik, maka tidak ada jaminan bagi anda untuk tidak melakukan kesalahan. Jika anda dapat belajar dari kesalahan dengan tepat, maka anda akan mendapatkan bahan bakar baru untuk maju kedepan.
Anda harus menyadari bahwa kesalahan adalah bagian yang penting dalam pengembangan diri. Jangan termenung terus dengan rasa bersalah dan penyesalan, pelajari bagaimana anda dapat belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut.
1. Mintalah maaf dengan tulus dan sungguh-sungguh
Jika anda telah melakukan kesalahan yang menyakiti/membahayakan orang lain, sangat penting bagi anda untuk segera meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Pastikan bahwa itu adalah betul-betul suatu kecelakaan yang tidak akan terulang. Permintaan maaf yang baik akan mengembalikan tingkat kepercayaan orang tersebut pada anda. Segera perbaiki tindakan-tindakan anda.
2. Jangan Menjadi Seorang Yang ’Perfectionist’
Jika anda menjalani hidup dengan ketakutan untuk melakukan kesalahan, maka anda akan menghabiskan hidup anda dengan tidak melakukan apa-apa. Bukan masalah jika anda melakukan kesalahan, karena sekali lagi itu adalah bagian penting dari hidup agar anda terus maju. Semakin banyak tanggung jawab yang anda pikul, kemungkinan anda melakukan kesalahan pun semakin sering.
Jika anda selalu ingin merasa semuanya sempurna, selalu ingin menghindari kesalahan-kesalahan sekecil apapun, hal itu lama kelamaan akan membentengi diri anda secara psikologi dan anda menjadi tidak berani dalam mengambil resiko.
3. Jangan buang waktumu dengan  mencari pembenaran
Kita manusia mempunyai sifat alami untuk mencari pembenaran atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Ketika kita melakukan kesalahan, rata-rata reaksi pertama kita adalah menyalahkan orang lain.
Perlu anda ketahui, ketika kesalahan telah dibuat, atasan anda sama sekali tidak tertarik dengan pembenaran-pembenaran yang anda buat. Kita mencari pembenaran karena ego kita yang tinggi. Kadang-kadang, hal terbaik yang perlu diucapkan, sangat sederhana : ”Ya, saya telah melakukan kesalahan.”

Do'a Asmaul Husnah

Ya Tuhanku...
Ampunilah dosa kami
Dosa kedua orang tua kami, dan keturunan kami

Ya Tuhanku...
Hapuskanlah kejelekan kami
Dan Tutuplah cacat kami
Tamballah kekurangan kami
Serta naikkan derajat kami

Ya Tuhanku...
Tambahilah kami ilmu yang manfaat
Rizki yang luas, yang halal dan bagus
Serta tambahilah kami amal yang sholeh

Ya Tuhanku...
Terangkanlah hati kami
Mudahkanlah urusan kami
Sehatkanlah badan kami
Selama hidup kami

Ya Tuhanku...
Sampaikanlah maksud-maksud kami
Dan penuhilah hajat-hajat kebutuhan kami
Segala puji untuk Tuhan kami
Yang telah menunjukan kepada kami

Semoga allah memberi rahmat dan keselamatan
Kepada Nabi Muhammad SAW
Yang menjadi kekasih
Dan keluarga dan sahabatnya
Sampai akhir masa